Wahana Pembelajaran Buatku dan Orang Lain

Posts tagged ‘Pasaman’

Ke Rumah Uncu

Waktu aku mau ujian kemarin, Uncu (adik perempuan Bunda paling kecil) dirawat di rumah sakit Achmad Moechtar Bukittinggi. Semula katanya suspek demam berdarah, tapi setelah melalui pemeriksaan laboratorium di rumah sakit, ternyata hanya malaria. Namun Uncu sempat menginap beberapa hari di rumah sakit. Waktu itu aku tidak pergi membezuk, hanya Ayah dan Bunda yang pergi, karena aku harus belajar persiapan menghadapi ujian sekolah.

Hari ini Sabtu tanggal 1 Januari 2011, adalah hari libur pertamaku setelah menerima rapor kemarin. Sehingga aku bisa bermain di rumah, tanpa harus masuk sekolah. Memang sih, pada liburan kali ini Ayah dan Bunda tidak ada merencanakan program liburan untukku. Ketika aku asyik bermain dengan temanku siang ini, Ayah memanggil dan menyuruhku pulang, kata Bunda kami akan pergi ke rumah Uncu di Bonjol, itu lho kampungnya Tuanku Imam Bonjol yang pahlawan nasional itu, yang jaraknya dari rumah kami sekitar 20 kilometer. Tentu aku senang sekali.

Aku segera menukar bajuku dengan baju pergi, demikian pula kedua adikku, Elsa dan Elsi. Lalu kami menunggu Umi (kakak perempuan Bunda nomor tiga) menjemput, karena kami pergi dengan menumpang mobil Umi.

Setelah agak lama menunggu, akhirnya Umi sekeluarga datang. Dan kami langsung naik ke mobil. Aku duduk di depan dekat Umi, di belakang setir ada Ayah Teteh. Aku biasa memanggilnya begitu, Teteh adalah kakak sepupuku yang bernama Witya Hafifani, anak perempuan Umi. Teteh duduk di bangku tengah dengan Abang Ifan. Lalu Bunda dan kedua adikku numpang duduk disitu. Sementara ayah kebagian bangku paling belakang. Lalu kami berangkat.

Dari rumahku ke Bonjol, kami menempuh Jalan Lintas Sumatera Padang – Medan yang melewati sebuah kawasan hutan lindung yang bernama Alahan Panjang dan orang mengenal lokasi itu dengan Lurah Berangin. Tempat itu tampak bagus, jalannya penuh tikungan, turunan curam dan tanjakan, hawanya sejuk sekali. Menurut cerita ayah, disana ada fenomena alam yang hanya satu-satunya di dunia, di dasar jurang yang curam itu selalu ada hembusan angin, itulah makanya dinamakan Lurah Berangin.

Lewat dari kawasan hutan lindung itu, kami mulai melalui daerah yang datar dan jalannya lurus. Akhirnya sampai di Tugu Equator. Lagi-lagi menurut cerita ayah, persis pada tugu itulah letaknya Garis Khatulistiwa, tempat perlintasan matahari. Sehingga disitu dua kali setahun ada agenda pariwisata yang bertajuk Titik Kulminasi Matahari, dimana posisi matahari tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda di permukaan bumi. Itu hanya menurut cerita ayah, aku tak tahu pasti kebenarannya. Di sana juga ada Museum Tuanku Imam Bonjol. Tak jauh dari Tugu Equator itulah, simpang jalan ke rumah Uncu.

Sesampai di rumah Uncu, ternyata di situ sudah ada Papa dan Mama (kakak Bunda nomor dua yang tinggal di Padang), beliau juga sengaja datang dari Padang untuk melihat Uncu sakit. Bersama Mama juga ikut Uda Wahyu.

Kulihat Uncu sudah agak mendingan, walau belum sehat betul. Tubuhnya tampak kurus dan agak pucat. Cepat sembuh yang Ncu!?